Catur Dunia
Prolog
Rintik hujan dan secangkir kopi panas mengawali niatku untuk menuliskan kisah ini. Aku seorang pemuda yang kini tengah mencari ilmu di salah satu perguruan tinggi di negeri ini. Namaku Reza Atmaja Kusuma, atau biasa dipanggil Reza. Kisah ini bercerita tentang kehidupanku yang cukup membosankan dan sedikit petualanganku. Dan aku berharap kalian dapat menikmatinya, meski ku tahu kalian akan membencinya.
‘Kriiiiiinngggggg.’
‘Kriiiiiinngggggg.’
Suara merdu jam weker membangunkanku dari tidurku, kucoba mematikannya karena suaranya mulai menyebalkan dan mengganggu tidurku. Yeah! Akhirnya mati juga dan aku bisa melanjutkan tidurku, menikmati gravitasi kasur yang terlampau kuat ini. Belum lama ku coba untuk tertidur kembali, ‘Brrakkkk’ bagaikan meteor yang menghantam kamarku, terdengar suara pintu kamarku dibanting dengan keras. Bukan sekedar keras, namun sangat-sangat keras karena monsterlah yang membantingnya.
“Ya tuhan cobaan apalagi ini, hamba cuma ingin tidur sebentar lagi” batinku dalam hati sambil merasakan pusing karena rasa kaget dan terpaksa bangun.
“Rezaaa bangun kau, udah jam berapa ini? Cepat bangun atau kau terlambat di hari pertamamu.”
“iya mah, aku segera ba… Agghhhrrr mah sakit mah” sontak aku kaget karena mamahku tiba-tiba menarik telingaku agar aku segera bangun dari Kasur.
“Makanya cepat bangun, segera lekas mandi dan sarapan sana” ucap mamahku.
Mau tak mau akupun segera bangkit dari tidurku dan menuju kamar mandi dan mulai menuruti semua perintah mamahku. Yap, wanita cantik barusan adalah mamahku, orang yang paling aku hormati dan aku sayangi di dunia ini. Meski usianya tak lagi muda dan sudah memasuki kepala empat, mamahku termasuk pintar dalam urusan menjaga tubuh. Hampir setiap minggu dia selalu pergi ke sanggar senam, ntah sekedar olahraga maupun menjadi instruktur senam.
Yap kini aku sudah rapi dengan kemeja putih, celana hitam, sepatu hitam serta tak lupa jas almamater dan topi sebagai pakian wajib yang harus aku kenakan sebagai mahasiswa baru. Akupun segera menuju ke dapur untuk mengambil sarapanku yaitu sebuah roti dengan olesan mentega dan taburan gula pasir. Ketika sedang menikmati makananku, aku merasa ada yang aneh dengan rumah ini.
“hmm kaya ada yang kurang” batinku, oh ya adikku.
“Mah adik kemana?” tanyaku kepada mamah yang sedang beres-beres.
“Adikmu sudah berangkat pastinya, kau kapan mau berangkat?” Tanya mamahku.
“Coba lihat sudah jam berapa ini” Tambahnya.
Iseng ku mencoba melirik jam di dinding “Oh Shiit” gumanku.
”Aggghh kenapa sih aku seteledor ini.” Batinku dalam hati.
Jam di dinding tengah menujukan pukul 06.30 WIB dan acara pembukaan bakal dimulai 30 menit lagi dari sekarang. Sedangkan jarak dari rumahku ke kampus memakan waktu 20 menit selama perjalanan normal. Aku bergegas merapikan diri dan memeriksa barang-barangku siapa tahu ada yang terlupa. Oke sip, semua barang sudah didalam tas saatnya berangkat.
“Maahh, aku berangkat dulu ya” pamitku pada mamahku tak lupa mencium tangannya.
“Iya hati-hati dijalan, jangan ngebut-ngebut” pesannya.
Segera kupacu sepeda motor kesayanganku secepat mungkin agar segera sampai ke tempat tujuan. Salip kanan salip kiri di jalanan kulakukan demi ketidak terlambatan mengikuti acara sakral tersebut, entah sudah berapa banyak orang yang sudah aku buat kaget dan marah akibat tingkahku di jalanan.
“Ciiiiiittt” suara rem motorku.
Kulirik jam ditanganku 06:45, “Hmm masih cukup waktu, saatnya cari parkiran terlebih dahulu” Ucapku.
Ku coba melihat sekitar, sepertinya semua tempat sudah penuh, kuperhatikan sekali lagi dengan seksama, ah ada satu ruang lagi rupanya yang bias aku jadikan tempat parkir motor kesayanganku.
Aku pun berjalan menuju tempat pembukaan, belum sampai tempat tujuan ada suara yang memanggilku,
“Hei kamu, maba yang sedang jalan ke arah tempat pembukaan!”
Akupun bingung dan menunjuk diriku seolah-olah tengah bertanya “Aku?’
“Iya kamu, memangnya siapa lagi? Cepat kesini.” Akupun mencoba mendekati sumber suara tersebut.
“ya tuhan bidadari dari mana ini” ucapku dalam hati.
Yap yang didepanku ini seorang wanita cantik, entah siapa namanya atau darimana asalnya. Rambut lurus sebahu, kulit putih bersih, lesung pipit di sebelah kanan pipinya dan ukuran dada yang tidak terlau besar atau terlalu kecil bagi tubuhnya. Ah ini terlalu perfect buat seorang manusia, apalagi anak kuliahan.
“Woii denger gak apa yang gua omongin?”
Ucapannya barusan sontak membuat aku kaget dan kembali dari lamunanku.
“Mmm ma maaf kak, saya gak dengar.”
“Apa gadengar? Makanya punya telinga itu dipakai, jangan Cuma jadi hiasan” bentak dia.
“Oke gua ulangi sekali lagi.”
“Sebutkan nama lo, nama jurusan serta alasan kenapa lo bisa terlambat, cepetan!”
“Hah? Terlambat?” kumencoba melirik jam ditanganku 06:55.
“Mmm.. Anuu kak, ini kan acaranya dimulai jam 07.00, dan ini masih jam 06.45 kenapa saya bias dikategorikan terlambat?” tanyaku.
“Ha? Lo lupa apa gimana? Lo udah join grup angkatan kan?”
“Sudah kak.”
“Sudah baca pesan di grup tersebut?”
“Belom kak”
“Makanya dibaca, kan sejak awal sudah dibilangin pesan di grup itu dibaca.”
“acara kampus mulai memang jam 07.00, tapi jam 05.30 kalian sudah haru disini. Ngerti kaga!!”
“Mengerti kak.”
“Yasudah lo tunggu sini bentar.”
“Woi adek cewek didepan sana, cepe kesini”
Akupun mengarahkan pandanganku ke seorang gadis yang sedang kesusahan dengn segala barang bawaannya. Dibandingkan dengan kakak tingkat di depanku, wanita yang sedang jalan kemari merupakan cerminannya, dalam segi penampilan maupun fisik. Sudah pakian tidak rapi, kulit coklat tidak terawat, muka pucat tanpa permak, dan tatanan rambut yang amburadul. Pokoknya kurang banget dipandang sebagai wanita cantik.
“Kalian berdua tunggu disini, kalian boleh masuk setelah dapat izin dari aku, kalian mengerti?”
“Mengerti Kak.” Jawab kami berdua kompak
“Baik sebelum itu sebutin nama dan jurusan kalian masing-masing.”
“Mulai dari kamu cowok budeg.”
Sialan cewek didepanku memanggilku sembarangan. Ya aku maklum sih, karena hal tersebut murni kesalahanku. Tapi kan tidak perlu dipanggil budge juga kan. Gua pun mulai memperkenalkan diri.
“Nama saya Reza Atmaja Kusuma, biasa dipanggil Reza jurusan ilmu ekonomi.”
“Oke, nama lo Reza jurusan ilmu ekonomi”
“Iya kak”
“Sekarang giliran lo”
“Nama saya Sekar Anjani larasati, bias dipanggil Laras jurusan ilmu ekonomi”
“Oh oke, kenalin nama gua Mutiara Oktaviani, biasa dipanggil Okta, gua kating lu dijrusan ilmu ekonomi.” Sontak jawabannya membuat kaget kami beruda. Di satu sisi gua merasa senang karena bakal sering melihat dia dikampus, tapi disisi lain gua benci sama orang yang seenaknya memberi nama sebutan bagi gua dan gua anggap julukan itu sebagai doa.
“Gua harap kalian berdua bisa akrab satu sama lain, dan buat lo adek budeg, gua pengen lo aktif di grup angkatan dan baca semua pesan disana.”
“kenapa harus gitu kak?” Tanya gua.
“Karena semua iformasi berasal dari sana, dan gua gamau ada orang yang gak peduli sama informasi yang diberikan terhadap angkatan. Apa lu paham?”
“Baik kak, saya paham.”
“Bagus kalau kalian paham, sekarang kalian ikut gua dan berjalan di belakang gua.”
“Dasar tukang suruh, awas saja nant.” Gerutuku secara perlahan.
“Apa kau bilang barusan?” Sontak aku kaget suaraku masih bisa terdengar olehnya, memang menakutkan orang ini.
“Engga kak, engga ada apa-apa kok.”
“Yasudah, buruan cepat jalannya, lama banget sih jalannya jadi laki-laki.”
“Iya kak.”
Kami bertigapun sampai di depan lapangan tempat mahasiswa lain berkumpul. Semuanya menatap kami, ada yang bisk-bisik dan ada pula yang menertawakan kami. Keringat dinginku mulai menetes karena aku tidak terbiasa berdiri di depan umum dan aku cemas apa yang bakal terjadi nanti.